10 things you didn’t know you had to hear today


1. If your heart becomes heavy and hurts sometimes, don’t worry. It means He’s still with you. Your heart is aching to go back to Him. It’s craving detachment from the people you’ve taken to mean too much, from the things that should have just stayed as things. Your heart hurts because He hasn’t given up on you and wants you back. Allah protects the ones He loves. So your heart will hurt. But it will bring you back to the Only One who can fix it.

2. The beauty of Islam is that it emphasizes the need for balance in every aspect of life. When you overindulge and over-invest yourself, your feelings, your time, your effort, your money, your strength, your concentration, your love and your trust on the trivial, the banal, the transient little parts of this dunya, you’re doing yourself an injustice. You’re making it harder for yourself to grow and easier for others to take a grip on you. Stop caring too much about things that won’t matter on the day that counts. Don’t let yourself drown in your work or fall head over heels for another person or strive to succeed whilst allowing yourself to forget what is truly worth striving for. Be fair to yourself, be moderate in everything and be smart about it. Find a balance.

3. You once thought that it was too much to bear. You felt overwhelmed and completely devastated. And yet, you’re here. No matter how difficult life gets to be, remember that Allah is Al-Muhaymin and Ar-Razzaq. He protects and provides. And He will always do so. So trust Him and keep going, this too shall pass as it always does.

4.
If you’re heartbroken and tired, disillusioned and confused or if you just feel lost and betrayed by the same people over and over again, remember that Allah is Al-Jabbar, the Restorer, the Repairer, the Compeller. The one who can make you feel better when everyone else keeps pushing you down. You just have to call on Him.
5. If Allah can take the person you never thought you’d lose out of your life, He will surely bless you with someone you never imagined would be in it.

6.
I guarantee you’ll reduce the amount of stress and disappointment in your life if you learn to live by this: Everything really does happen for a reason. We all know this but if something was written to be yours, a grade, a job, a relationship, a trip, it will always be yours and nothing in this world can prevent it from being yours except Allah’s will. If you weren’t meant to get something, you won’t get it. Regardless of anything. Because it just wasn’t written. That being said, All you have to do is keep your intentions straight, keep doing your best, keep being the best you can be and keep trusting in the fact that Allah’s provisions are always for our best interest. Something good always comes of something that may seem initially disappointing or bad. So don’t worry. Keep that trust, do your thing, if you don’t get what you wanted, keep moving, keep going. You’ll get something better or make it somewhere more worthwhile.

7. Sometimes the most difficult and heart wrenchingly painful situations are the ones that push you to your knees, to your lowest, and have you raising your hands high to The Most High. When you lose everything you had such strong convictions about and such deep certainty that you would never live without, you realize that truly, Allah has always been there and it was only a matter of time before you went back to Him. It hurts in the moment, but sometimes it takes a lot to bring us back. Sometimes it takes a lot to break the heart so that you can actually realize that there’s only One way to fix it. You have to go back to the One who knows it best, the One who Created it. When we forget Him, He brings us back in ways that sometimes break us. It sucks but it’s what you need and it’s why you smile when you look back at how you got to where you are today.

8. Islam is all about balance and moderation. Look at anything in your life right now that is slightly problematic, worrisome or not going as planned, or perhaps you just aren’t happy with the way you’re doing certain things. Just notice for a second that all your problems, are because of an imbalance between their respective parts, actions & feelings. Either you’re too invested in something, or something is overused,or something is neglected. If you read the Quran, there’s an emphasis on having an important balance in so many different aspects of this life. Islam is such a comprehensive religion that it’s actually the perfect manual to living a healthy life too. Islam is perfect and the balance it calls for is perfect.

9. There’s beauty in the pain and disappointment you feel. There’s beauty in the confusion you feel because you never thought that person would hurt you or forget you. There’s beauty in the constant flow of memories you wish would stop pestering you. The beauty is that everything happens for a reason beyond your comprehension. The beauty is that someone who walked out only made room for the greatest person to walk back in. The beauty is that He is the All-knowing and He always does what’s best. What’s more reassuring than that?

10. Fortify your dua with acceptance. Accept the fact that dua is a powerful tool. Accept the fact that your dua will be heard and answered by the One who says “Be” & it is. Accept the true power of your dua and make it even more effective. You have to know how good something is and trust in it to yield the best outcomes.

~ Hanya saja yang ingin kita raih belum tentu kita dapatkan, yang ingin kita tuju belum tentu kita sampai. Dalam banyak hal, kita perlu memahami bahwa tugas kita memang hanya untuk berjuang dan benar-benar ikhlas tentang hasil.

Sahabat adalah dirimu yang kedua.

FDM 2016 - D'Ranch, Bandung

Sepantasnya bagi seorang penuntut ilmu untuk tidak bergaul kecuali dengan orang yang bisa memberinya faedah ( ilmu ) atau dia ( teman tersebut ) bisa mengambil faedah ( ilmu ) darinya. Sebagaimana diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW : “Hendaknya engkau menjadi seorang alim atau orang yang belajar. Jangan menjadi jenis yang ketiga, maka engkau akan binasa” ( HR.Ibnu Abdilbar )

Bila ia hendak ikut dalam pertemanan atau diajak berteman dengan seseorang yang menyia-nyiakan umurnya, tidak bisa memberinya faedah ( ilmu ), tidak pula bisa mengambil ilmu darinya, tidak bisa menolongnya untuk urusan yang sedang ditempuhnya ( yakni ilmu ) , maka hendaknya dia dengan lemah lembut memutus jalan pertemanan tersebut dari awal, sebelum hubungan itu menjadi erat. Karena apabila sesuatu telah kokoh, akan sulit menghilangkannya.

Bila dia membutuhkan teman, hendaknya dia memilih yang shalih, beragama , bertakwa , waras , cerdas, banyak kebaikan lagi sedikit keburukan, baik dalam bergaul , dan tidak banyak berdebat. Bila dia lupa, teman tersebut bisa mengingatkannya. Bila dia mencoba mengingat, teman tersebut bisa menolongnya. Bila dia sedang membutuhkan, temannya ini bisa membantu. Bila dia sedang bosan, temannya ini bisa menyabarkan dirinya.

sumber :

Tulisan di kutip dari Majalah AsySyariah Vol.V/2010 hlm.1 yang merujuk pada Tadzkiratus Sami'wal Mutakallim fi Abadil'Alim wal Muta'alim karya Ibnu Jamaah Al-Kanani

Konsep Menikah



Dari awal jaman kuliah sarjana sampe sekarang, gw sering mikir tentang konsep soal jodoh, soalnya sering mangamati dan dicoba coba sendiri konsep-konsenya dari dulu, and . . . it's work. Sederhananya kalau rejekinya seperti kayak gini : jika melakukan "A" maka biasanya akan selalu jadi "B", Nahhhhh. Kalau soal jodoh, koq ya kalau diperhatiin, kalau melakukan "A" belum tentu akan jadi selalu "B". Dan dari dulu sampe sekarang, ada beberapa pernyataan atau konsep tentang jodoh yang udah sering gw denger :

1. "Jodoh itu di Tangan Tuhan" Terusaada juga counternya: "Kalau gak dijemput atau diambil, yah selamanya akan ditangan Tuhan". Kalau gw pikir, yaaahh semuanya juga ada ditangan Tuhan, gak cuman urusan jodoh. Urusan rejeki, kehidupan, kesulitan dan kemudahan kita, kan ada campur tangan Tuhan juga disitu.

2. "Tiap orang jodohnya udah ditentuin dari sananya, udah ada, cuman belum ketemu aja, ntar juga dateng sendiri kalau sudah waktunya, segala sesuatu diciptakan berpasang-pasangan, kan ada ayat yang menyatakan telah kuciptakan istri-istrimu dari jenismu sendiri" Kalau kata guru gw, banyak yang mensalah artikan ini. Maksudnya berpasang-pasangan itu yahhh, siang dan malam, laki-laki dan perempuan, proton dan elektron, dan lain sebagainya. Jodoh manusia laki-laki yaaah manusia perempuan. Nggak mungkin kan gw berjodoh sama kaiju :v , Kalau gw pikir juga, untuk yang ini, koq yaaa seakan-akan gak ada hak untuk memilih, padahal rasul juga suda mengeluarkan hadistnya untuk kriteria dalam memilih pasangan, yang wanita itu baik dinikahi dilihat dari 4 hal taat kepada Allah dan Rasul-Nya, kedudukannya, (qurrota ayun) menyenangkan jika dipandang, Subur (mampu menghasilkan keturunan). kalau memang bukan merupakan pilihan, buat apa keluar hadist yang ini ya?? jadi bingung sendiri dah gw :v

3. "Jodoh itu juga berlaku hukumnya siapa cepat dia dapat" ini gw pernah baca di sebuah buku berbasis islam di salah satu toko buku langganan gw dibandung. gw pikir, ini juga ada benarnya. Logika sederhananya, siapapun yang kepingin dapet yang cantik, yang ganteng, yang mapan dan yang baik-baik. Sudah pasti hal-hal yang seperti itu akan jadi rebutan.

4. Ada juga beberapa temen gw yang bilang konsep jodoh itu begini :
"Jodoh tergantung elunya. Jodoh lu udah ada, tapi gak satu, ada pilihannya. Kalau lu berkelakuan begini, nanti lu bakalan diketemuin sama si "A" "B" "C". Terus kalau lu berkelakuan begitu, nanti bakal diketemuin "D" "E" "F", Nahhhh, ntar lu pilih dah. Jadi ukan udah ditentuin satu begitu" Gw pikir ini ada benarnya juga, mengingat ada kata-kata "sekufu" dalam urusan jodoh.

Kesimpulannya, sampai saat ini setelah ngeliat banyak temen yang permisi nikah sama gw dan menceritakan bagaimana mereka di pertemukan, gw belum bisa menetapkan sebuah pernyataan atau konsep yang benar-benar manjur tentang jodoh. Hahahaha. Kalau yang gw lakukan sekarang yaaa

1. Niat Menikah
2. Berusaha membuka segala kemungkinan dan peluang bertemu jodoh
3. Berdoa
4. dan yang paling penting adalah "Usaha!"

oiya ada satu konsep lagi yang gw ingat, konsep 3B. Apa mungkin konsep 3B ini yang paling benar?

3B itu Berdoa, Berusaha, dan Berkaca :v

Ngga tau ahh, silahkan menarik kesimpulan sendiri-sendiri.

minta es krimnya dong oomm..!!


Banyak gw liat, mungkin juga termasuk diri gw sendiri, (hehehe)… ngeyel atau mengeluh supaya mensegerakan pengkabulan atau hasil do’a atau permintaan pada Tuhan… Padahal Allah udah janji, kalo gak salah begini: “..dan sampaikanlah kabar gembira bagi orang2 yang sabar…”

Asumsikan kondisinya seperti ini… Dua orang keponakan guwe yang umurnya dibawah 10 tahun lagi dititipin ama ortunya di rumah guwe… Guwe punya stok es krim, dan nantinya mau gw kasi ke mereka.. “Nanti om kasi es krim yaa… tapi ntar tunggu dulu, om lagi nyelesain kerjaan neh….”. Selama waktu penantian, ponakan yang satu bersikap tenang2 aja nunggu, dan yang satu lagi ngeyel, ngeluh, dan minta cepet-cepet tuh eskrim segera dikasi sama omnya…

Kira-kira kalo guwe punya tiga buah eskrim dan mau gue kasi semua, ponakan yang mana yang bakal gue kasi dua buah ??….. op kors, Tentunya yang tenang menunggu donk.. hehe… Meskipun kalo misalnya ini bukan asumsi, tuh eskrim ketiga pasti gw bagi dua sama rata…

Tapi mungkin ini bisa jadi analogi buat pernyataan kabar gembira bagi orang-orang yang sabar… Pengertian sabar sendiri banyak banget, ada yang mengartikan gigih, ulet, tekun… ada juga yang mengartikannya jadi nerimo, bertahan, dan sikap pasif lainnya… Soal ini terserah masing2 dah mau nganut yang mana…

Kalo gw pribadi, lebih menganut ke definisi sikap aktif seperti tekun berusaha, ulet, nggak tinggal diem, dan sejenisnya… Kalo balik ke analogi ponakan gw tadi, misalnya yang ponakan pertama tidak hanya diam bersabar nungguin gw kelar kerja, tapi malah aktif melakukan hal2 yang bikin hati gw seneng, kayak: mijetin gw, ngambilin guwe minum, bikinin gw kopi, beresin tempat tidur gw, nyuci baju, ngepel, sampe ngorderin gw delivery Kentucky… WAAAWW… udah pasti gw gak cuman ngasi eskrim ketiga, tapi guwe akan beliin dan ngasi dia eskrim keempat, kelima, keenam, kalo bisa malah ama toko-tokonya sekalian… wakakakak…

Naahh.. itu gw yang cuman manusia… gimana kalo kita nyenengin yang nyiptain manusia dalam proses bersabar ???

Yaaaahhh… kurang lebih gitu deh analogi sotoy dari gw… (>_<!)..

mengeluarkan = memberi, masuknya nanti.


Banyak yang nggak menyadari, bahwa kesemuanya diawali dengan “mengeluarkan”. Saat bayi lahir, ia mengeluarkan udara di paru2nya dan mulai bernafas. Saat sedang ingin menguasai sesuatu, seseorang akan mengerahkan (baca: mengeluarkan) perhatian terbaiknya supaya bisa menyerap sesuatu tersebut. Bahkan, untuk bisa melakukan sholat dengan  khusyu’ pun pada dasarnya seseorang harus bisa “mengeluarkan” niat terbaiknya.

Sepertinya, memang nggak ada yang bisa dihasilkan dari sebuah “kekosongan”. Ruang kosong hanya menghasilkan kesunyian, dibandingkan sebuah ruang studio yang berisi banyak hal, jelas ruang berisi bisa lebih banyak menghasilkan sesuatu.. Filosofi peribahasa “Tong kosong nyaring bunyinya” pun sejatinya mensimbolkan “minus”nya manusia tanpa isi.

Dan banyak juga dari kita tidak menyadari, kalo aktivitas “mengeluarkan” selalu akan diikuti oleh aktivitas masuk. Banyak referensi menyebutkan ini merupakan hukum dari alam semesta. Apabila seseorang mengeluarkan sesuatu, maka suatu saat akan ada sesuatu yang masuk. Oleh sebab itu juga, banyak yang meyakini, kalo “mengeluarkan” sedekah nggak akan bikin seseorang miskin.

Mengeluarkan bisa berwujud dalam aktivitas memberikan. Jadi, mungkin dalam keadaan apapun kondisi seseorang, upayakan untuk tetap bisa memberi. Pernah denger di sebuah pengajian, sebenernya ada “mindset” yang kurang tepat soal sedekah. Yang banyak orang pahami, orang miskin nggak mesti sedekah.. Padahal anjuran sedekah itu untuk semua orang, baik itu orang miskin ataupun orang mampu.

Bahkan si ustad di pengajian itu juga bilang: untuk orang miskin, kalo mau merubah nasib, ya bisa lewat jalan sedekah. Ada dasar ayatnya juga sih: QS. Ath-Thalaq (65) ayat 7 .Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.

Menurut Makoto Shichida (2014) dalam bukunya Whole Brain Power; tindakan memberi tanpa pamrih adalah tindakan memberi yang paling tinggi nilainya. Dan semakin banyak seseorang memberi, semakin banyak sebenarnya seseorang mengasah diri dalam berbagai hal.
Sedekah sebetulnya juga “mengasah diri” dalam menundukkan ego seseorang. Kalau mau contoh yang lebih jelas lagi soal memberi = mengasah diri, lihatlah para blogger yang sudah sukses. Apakah dulunya baca blog mereka harus bayar ??. Tapi lihatlah gimana menjadi terasahnya skill bertutur dan menulis mereka akibat selalu memberi tulisan yang “bergizi”, dan akhirnya menjadi sukses ??. Mau contoh yang lebih oke ?? Silahkan baca kisah sukses Jack Ma dengan Ali Babanya.

Makoto Shichida juga menyatakan: “Memberi tanpa pamrih adalah perilaku terbaik di dunia, dan merupakan wujud dari rasa kasih seseorang yang kemudian bisa menimbulkan inspirasi. Kasih dan inspirasi merupakan dua hal yang terpenting untuk perkembangan diri Anda.”

Uang, Uang, Uang


gw gak takut gak mempunyai sedikit uang, apalagi punya banyak uang. gw gak khawatir memiliku harta yang berlimpah apalagi mempunyai harta yang sedikit pun. Namun yang gw takutin yaitu bagaimana gw memandang itu semua. Bagaimana gw memandang uang dan bagaimana gw memamdang harta.

gak sedikit orang yang kehilangan akal sehat ketika dihadapkan pada hal tersebut. Pertumpahan darah, perselisihan, putusnya tali silaturahmi hingga tindakan kriminal. Bagaimana hal itu bisa terjadi, tentu karena cara pandang mereka tentang harta dan uang.

Apakah seperti itu logika berfikir mereka, yang banyak selalu menyenangkan. Dan bukankah keserakahan bersumber dari ketidakcukupan yang merupakan analogi dari merasa "sedikit". Lantas apa yang kita mau?

Bila semua yang kita punya hanya titipan, kenapa kita masih sedih jika titipan itu diambil oleh pemilikNya. Kenapa kita merasa risau jika apa yang kita inginkan belum dititipkan oleh Nya. Mungkinkah semua itu karena kita belum bisa mensyukuri apa yang kita punya.

Hakikat dari memiliki adalah rela melepaskan. Kerelaan butuh kesabaran karena pada dasarnya kita mempunyai potensi kikir, tidak mau memberikan apa yang kita punya. Ketika kita sabar meminimalisisr potensi buruk ini, maka akan mencapai tingkat dermawan. Dimana dalam tingkat ini orang memandang harta dan uang yang mereka punya adalah apa yang mereka berikan kepada orang lain dijalan kebaikan, bukan aa yang mereka punya.