mengeluarkan = memberi, masuknya nanti.

4:01 PM 0 Comments A+ a-


Banyak yang nggak menyadari, bahwa kesemuanya diawali dengan “mengeluarkan”. Saat bayi lahir, ia mengeluarkan udara di paru2nya dan mulai bernafas. Saat sedang ingin menguasai sesuatu, seseorang akan mengerahkan (baca: mengeluarkan) perhatian terbaiknya supaya bisa menyerap sesuatu tersebut. Bahkan, untuk bisa melakukan sholat dengan  khusyu’ pun pada dasarnya seseorang harus bisa “mengeluarkan” niat terbaiknya.

Sepertinya, memang nggak ada yang bisa dihasilkan dari sebuah “kekosongan”. Ruang kosong hanya menghasilkan kesunyian, dibandingkan sebuah ruang studio yang berisi banyak hal, jelas ruang berisi bisa lebih banyak menghasilkan sesuatu.. Filosofi peribahasa “Tong kosong nyaring bunyinya” pun sejatinya mensimbolkan “minus”nya manusia tanpa isi.

Dan banyak juga dari kita tidak menyadari, kalo aktivitas “mengeluarkan” selalu akan diikuti oleh aktivitas masuk. Banyak referensi menyebutkan ini merupakan hukum dari alam semesta. Apabila seseorang mengeluarkan sesuatu, maka suatu saat akan ada sesuatu yang masuk. Oleh sebab itu juga, banyak yang meyakini, kalo “mengeluarkan” sedekah nggak akan bikin seseorang miskin.

Mengeluarkan bisa berwujud dalam aktivitas memberikan. Jadi, mungkin dalam keadaan apapun kondisi seseorang, upayakan untuk tetap bisa memberi. Pernah denger di sebuah pengajian, sebenernya ada “mindset” yang kurang tepat soal sedekah. Yang banyak orang pahami, orang miskin nggak mesti sedekah.. Padahal anjuran sedekah itu untuk semua orang, baik itu orang miskin ataupun orang mampu.

Bahkan si ustad di pengajian itu juga bilang: untuk orang miskin, kalo mau merubah nasib, ya bisa lewat jalan sedekah. Ada dasar ayatnya juga sih: QS. Ath-Thalaq (65) ayat 7 .Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.

Menurut Makoto Shichida (2014) dalam bukunya Whole Brain Power; tindakan memberi tanpa pamrih adalah tindakan memberi yang paling tinggi nilainya. Dan semakin banyak seseorang memberi, semakin banyak sebenarnya seseorang mengasah diri dalam berbagai hal.
Sedekah sebetulnya juga “mengasah diri” dalam menundukkan ego seseorang. Kalau mau contoh yang lebih jelas lagi soal memberi = mengasah diri, lihatlah para blogger yang sudah sukses. Apakah dulunya baca blog mereka harus bayar ??. Tapi lihatlah gimana menjadi terasahnya skill bertutur dan menulis mereka akibat selalu memberi tulisan yang “bergizi”, dan akhirnya menjadi sukses ??. Mau contoh yang lebih oke ?? Silahkan baca kisah sukses Jack Ma dengan Ali Babanya.

Makoto Shichida juga menyatakan: “Memberi tanpa pamrih adalah perilaku terbaik di dunia, dan merupakan wujud dari rasa kasih seseorang yang kemudian bisa menimbulkan inspirasi. Kasih dan inspirasi merupakan dua hal yang terpenting untuk perkembangan diri Anda.”

Tuhan...tolong berikan rejeki berlimpah pada semua orang yang udah mampir ke blog ini. Amiiinn...